Pontianak (Senin, 03/02/2025) — BTQ Indonesia kembali menghadirkan kisah inspiratif yang didapat dari mewawancarai salah satu wali santri, beliau bernama Bunda Dewi. Beliau adalah ibunda dari Ananda Arumi Syafira, salah satu santri BTQ Indonesia. Bunda Dewi merupakan seorang ibu dari tiga orang anak dan juga pegawai negeri sipil di bidang Kesehatan. Ia bekerja di sebuah puskesmas di daerah Kecamatan Air Putih, Kabupaten Kubu Raya, 2—3 jam perjalanan dari tempat tinggalnya di Jalan Karet.
Sebagai ibu dari tiga putri, Bunda Dewi memiliki rangkaian aktivitas yang sangat padat. Di tengah kesibukannya sebagai seorang ibu rumah tangga dan seorang PNS, ia harus mengatur waktu dengan cermat, sehingga dapat mendampingi anak-anak sekaligus menjalankan tugas kerjanya. Sebelumnya, Bunda Dewi juga merupakan santri BTQ dewasa.
“Kalau ditanya capek, jawabannya iya, Ustadzah," tutur Bunda Dewi kepada Bunda Ami yang mewawancarai. "Tapi kalau menyerah, rasanya tidak, Ustadzah. Malah jika tidak ada kendala lain, saya masih ingin belajar di BTQ," lanjutnya, menggambarkan semangatnya yang tak pernah surut. Namun qodarullah, saat ini beliau baru saja selesai melahirkan putrinya yang ketiga, dengan kondisi suami yang bekerja di luar kota dan pulang sebulan—dua bulan sekali. Namun demikian, Bunda Dewi dikenal sebagai sosok ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya dalam menghafal dan muroja'ah Al-Qur'an di tengah kesibukannya. "Biasa habis sholat subuh (saya dan anak-anak terbiasa) muroja'ah, Ustadzah," jawabnya ketika ditanya mengenai jadwal muroja'ah Ananda.
Perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Bunda Dewi dan suami sungguh menginspirasi. Keduanya sangat memahami bakat dan tipe belajar masing-masing anak, yang menunjukkan betapa mereka mendampingi anak-anaknya dengan sepenuh hati. Sambil menahan air mata, Bunda Dewi menceritakan dengan penuh syukur berbagai hal positif yang ia rasakan setelah memperkenalkan pendidikan Al-Qur'an kepada anak-anaknya sejak dini. Beliau menceritakan berbagai hal yang ia syukuri setelah memutuskan untuk memperkenalkan pendidikan Al-Qur'an kepada anak-anaknya sejak dini. Betapa Al-Qur'an memengaruhi pola belajar anak-anaknya, disiplin waktu, lisan lebih terjaga, bahkan anak-anaknya juga termasuk siswa yang berprestasi di sekolah.
Tentu saja, di tengah perjuangan tersebut, Allah Swt. senantiasa memberikan ujian untuk menguatkan hati dan ketegaran Bunda Dewi. Meski terkadang merasa lelah dan pusing, ia selalu dikuatkan oleh niat awalnya, yaitu tujuan untuk mendampingi anak-anaknya mempelajari Al-Qur'an. Beliau bertahan karena mengharapkan ridho Allah Swt. Perjuangan Bunda Dewi mengingatkan kita pada salah satu firman Allah Swt. di dalam Al-Quran yang berbunyi,
قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٨٦
Artinya: “Dia (Ya'qub) menjawab, "Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Yusuf: 86)
Semakin ditempa dengan ujian, Bunda Dewi semakin memantapkan niatnya untuk terus berjuang bersama Al-Qur'an. Bahkan, ia senantiasa memberikan pendampingan agar anak-anaknya terus memuroja’ah dan menjaga hafalan Al-Qur’an, meski salah satu putri beliau tidak lagi melanjutkan pembelajara di BTQ karena jadwal pembelajaran yang bersamaan (bentrok) dengan sekolah formal. Meski harus melalui perjuangan yang tidak mudah, namun dengan ketabahan hati dan kematangan niat, Beliau semakin menguatkan diri untuk menjemput keridhoan Allah Swt. Kegigihan tersebut mengingatkan kita pada sebuah firman Allah Swt. di dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa,
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
Artinya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji?” (QS. Al-Ankabut: 2)
Kisah Bunda Dewi dan keluarga mengajarkan kita agar senantiasa menjaga prasangka baik kepada Allah Swt. dan terus bersemangat menjaga keteguhan iman, serta memberikan pendampingan pada proses anak-anak mempelajari Al-Qur’an. Pengalaman beliau juga mengajarkan kita untuk memahami bahwa sebagai insan yang telah menyatakan beriman, pasti akan selalu disertai ujian.
Semoga Allah Swt. senantiasa memudahkan urusan Bunda Dewi dan keluarga, memberkahi kehidupannya, meluaskan kesabaran hatinya, serta selalu dalam lindungan serta kasih sayang Allah. Semoga kisah ini menjadi wasilah pembelajaran bagi kita semua untuk senantiasa menjaga prasangka baik kepada Allah Swt. dan terus bersemangat menjaga keteguhan iman, serta memberikan pendampingan pada proses anak-cucu-keturunan dalam mempelajari Al-Qur’an. Semoga Allah senantiasa mengizinkan Al-Qur'an sebagai penyejuk hati dan penerang jalan bagi kita semua. Aamiin allahumma aamiin.
Comments