Pontianak (Rabu, 30/10/24) – Pada Selasa (29/10), Perpustakaan Darul Wahyu melaksanakan kunjungan ke KB/TK Pesantren Anak Sholeh Aulaadul Yamin (PAS AY) Kampus 3 sekaligus melaksanakan program rutin berkisah shiroh Nabawiyah. Bunda Idha sebagai penggiat program dari taman baca membawakan kisah Nabi Musa AS. Kegiatan berkisah shiroh Nabawiyah diikuti oleh seluruh santri dari jenjang KB hingga TK B. Anak-anak menyambut dengan antusias, sedangkan para bunda guru dan kepala sekolah ikut mendampingi selama kegiatan berlangsung. Kegiatan berkisah diawali dengan sesi tanya jawab sebagai penjajakan untuk mengetahui pengetahuan anak terkait kisah Nabi.
“Siapa yang tahu Nabi yang bisa membelah lautan?” tanya Bunda Idha.
Beberapa anak dengan semangat menjawab, “Nabi Musa!”
Jawaban yang tepat itu disambut dengan tepuk tangan oleh para bunda guru dan pujian dari Bunda Idha sebagai apresiasi, “MaasyaAllah, pintar sekali! Jawabannya benar.”
Selanjutnya, Bunda Idha mulai bercerita tentang kehidupan Nabi Musa AS. Beliau memberikan gambaran kondisi Mesir sebagai tempat lahir nabi Musa pada zaman itu, menceritakan tentang Raja Fir’aun yang sombong, dan kisah keluarga Nabi Musa yang saleh. Nabi Musa As. Merupakan anak dari Sepasang suami sholeh dan sholehah, yaitu Imran-Ayarikha. Anak-anak mendengarkan dengan saksama kisah Nabi Musa yang dihanyutkan ke Sungai oleh Ibundanya karena kebijakan zalim Raja Fir’aun yang memerintahkan seluruh rakyatnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki, karena ia khawatir bayi tersebut akan mengusik kekuasaannya sebagai raja. Musa kecil yang dihanyutkan. Atas kuasa Allah Swt., Musa kecil ditemukan oleh istri Fir’aun, kemudian Allah juga memberikan rasa cinta di dalam hatinya (istri Fir’aun) untuk musa kecil hingga ia membujuk Fir’aun agar membolehkan ia merawat bayi laki-laki tersebut, hingga akhirnya bayi kecil iyu tumbuh menjadi seorang Nabiullah. Ketika dewasa, Musa mengajak raja Fir'aun untuk beriman epada Allah, namun ajakan tersebut ditolak. Bunda Idha juga menjelaskan arti kata ‘Fir’aun’ dan alasan penamaan gelar Raja Fir’aun.
Anak-anak semakin tertarik mendengarkan kisah shiroh ketika Bunda Idha menceritakan mukjizat yang didapat oleh Nabi Musa As, yaitu ketika Allah mengizinkan tongkat Nabi Musa berubah menjadi ular besar yang memakan ular kecil milik para penyihir Fir'aun. Anak-anak berdecak kagum mendengar kisah tersebut. Para peserta didik juga dibuat terkesima ketika mendengarkan kisah pertolongan Allah Swt., kepada Nabi Musa serta pasukannya dengan membelahkan laut Merah.
“Nabi Musa dan pasukannya dikejar oleh Fir’aun hingga ke tepi Laut Merah. Saat itu, Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT. Lalu, apa yang terjadi?” tanya Bunda Idha.
Dengan penuh semangat, beberapa anak menjawab, “Lautnya terbelah!”
“Benar! Allah Swt., memerintahkan nabi Musa untuk mengetukkan tongkatnya, lalu atas izin Allah, lautnya terbelah. Dengan cepat, Nabi Musa dan kaumnya berlari melintasi laut yang terbelah, sedangkan Fir’aun dan pasukannya maih mengejar. Setelah sampai di ujung laut, Nabi Musa kembali diperintahkan oleh Allah untuk mengetukkan tongkatnya kembali, kemudian laut kembali tertutup, dan Raja Fir'aun beserta pengikutnya tenggelam di laut merah”.
Di akhir sesi berkisah, Bunda Idha memberikan pesan moral kepada anak-anak. Beliau menekankan beberapa nilai yang dapat diambil dari kisah Nabi Musa, antara lain:
Tidak boleh sombong: Kisah Fir’aun yang sombong menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain.
Selalu berdoa dan bertawakal: Nabi Musa As., mencontohkan kepada kita agar selalu meminta petunjuk kepada Allah SWT dalam setiap kesulitan.
Beriman kepada Allah: Kita harus selalu percaya dan beriman kepada Allah Swt., sebagiamana yang dilakukan oleh Nabi Musa As.
Berusaha melakukan kebaikan: Kita harus selalu berusaha untuk melakukan kebaikan sebagaiaman Asiah (Istri Fir’aun) yang membujuk Fir’aun agar membolehkannya merawat Bayi yang ditemukannya di Sungai, dan seperti Nabi Musa yang berkali-kali mengajak Fir’aun untuk beriman kepada Allah. Meskipun tidak berhasil, namun tugas manusia adalah berproses (berusaha).
Kegiatan berkisah shiroh Nabawiyyah ini diharapkan dapat menjadi wasilah anak-anak mengenal adab serta akhlak para nabi Allah, sehingga memberikan pengalaman dan motivasi untuk meneladani perangai baik para nabi. Dengan demikian, para peserta didik akan tumbuh menjadi generasi intelektual yang berakhlak dan cinta ilmu. Islam mengajarkan bahwa setiap tindakan harus didasari oleh pertimbangan yang mendalam. Oleh karena itu, seorang muslim harus berwawasan agar dapat melakukan pertimbangan dengan benar dan sebaik-baiknya, sehingga mampu memberikan kebermanfaatan seluas-luasnya dari wasilah ilmu yang Allah titipkan kepadanya.
ความคิดเห็น